- Created on Friday, 21 June 2013 09:55
- Published Date
Menurut perhitungannya, pembangunan Gedung Perpustakaan terbesar di Indonesia ini ditaksir bakal menelan dana sekitar Rp 465 miliar melalui pembiayaan tahun jamak selama tiga tahun. Dibangun di atas lahan seluas 50.445 meter persegi dengan luas bangunan 44.445 meter persegi dilengkapi dengan basement ruang parkir.
“Mengingat tinggi bangunan 24 lantai maka penyelesaiannya diperkirakan memakan waktu 38 bulan. Pelaksanaan tender-nya pun harus dilakukan sesegera mungkin,” tegas Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Ditjen Cipta Karya Guratno Hartono, dalam situs Kementerian PU, Jumat (21/6).
Guratno menjelaskan waktu 38 bulan itu untuk; pengadaan jasa konsultan (2,5 bulan), penyusunan gambar pelaksanaan dan dokumen tender (3,5 bulan), masa lelang (2 bulan) dan pelaksanaan konstruksi (30 bulan).
Perhitungan waktu meliputi mulai dari persiapan hingga serah terima Pekerjaan Fisik. Disisi lain, konsep rancangan gedung 24 lantai di dapat dari hasil sayembara kerjasama antara Perpustakaan Nasional RI dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) yang digelar Nopember 2010.
Usulan Kepala Perpustakaan Nasional tentang perlunya dibangun Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan memang mendapatkan dukungan penuh Komisi X DPR-RI. Dasar pertimbangan mereka adalah meningkatkan dan mencerdaskan Sumber Daya Manusia khususnya bagi generasi mendatang.
Selain itu, perpustakaan termegah ini juga diharapkan menjadi kebanggaan negara dan mampu menarik wisatawan lokal.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Utut Adiyanto mengungkapkan, sejak tahun 2010 sebenarnya Komisi X sudah menyepakati secara bulat pembangunan gedung Perpustakaan Nasional dengan desain 24 lantai. Namun, sempat dipotong oleh Kementerian Keuangan menjadi hanya 10 lantai.
Atas dorongan Komisi X, lanjut Utut, pembangunan perpustakaan nasional dikembalikan ke desain awal dengan 24 lantai. Sedang skema anggarannya menggunakan konsep multi years contract mulai 2013-2016. “Komisi X sejak tahun 2010 sudah mencita-citakan ada satu bangunan yang menjadi ikon Republik ini, antara lain adalah perpustakaan. Untuk itu, kita mendorong adanya satu gedung perpustakaan yang layak,” ujar Utut.
Di beberapa negara maju, menurut Utut, perpustakaan bahkan sudah menjadi obyek wisata. Perpustakaan tidak saja untuk mencari referensi ilmu, tapi juga sumber informasi suatu negara. Perpustakaan Nasional juga harus menjadi pusat kajian dan informasi tentang Indonesia masa lalu hingga kontemporer. “Inilah dasarnya. Dan saat itu kita menginginkan yang besar dan refresentatif,” kata Utut.
Kini perpustakaan menghadapi tantangan zaman, seiring menjamurnya penggunaan gadget. Minat baca mungkin menurun. Namun, dalam pandangan Utut, buku tetaplah dominan untuk dibaca ketimbang gadget. Hal ini jadi tugas perpustakaan bagaimana menciptakan suasana perpustakaan yang nyaman, lengkap, dan mutakhir, sehingga banyak orang datang beramai-ramai ke perpustakaan. (*/DKu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar